Cerita Misteri




Death Message

Kamis, 17 juli 2003 pukul 23.30, Alea sedang asik chatting bersama teman-temanya, ditengah mereka yang asik membicarakan liburan minggu depan tiba-tiba ada instant message yang berisikan 'hai.. met malem boleh gabung ga kayanya lagi pada asik banget' pesan itu dikirim dari seorng wanita yang nicknamenya Intan manis dan Alea pun membalas pesan tersebut, berisikan 'boleh aja, kamu siapa? kuliah dimana?' dan intan pun membalas lagi 'aku intan, aku kuliah di Trisakti jurusan kedokteran' 'oh calon dokter toh' bales Reva 'oh iya liburan kali ini kalian ada rencana kemana?' Intan pun mengirimkan pesannya 'ini kita-kita lagi ngerencanain' timpah Lala dalam pesannya, 'memangnya kalian mau pergi kemana?' bales Intan 'kedaerah Bogor kayanya ke cibodas' bales Lala dan mereka berempatpun melanjutkan pembicaraanya lewat chatting, membicarakan masalah cowok, kampus dan yang lainnya hingga waktu sangat larut dan keempatnya merasa lelah dan tertidur.

Keesokan harinya Alea kembali menyalakan komputernya dan mulai berchatting ria dan Intan pun kembali dengan mengirimkan pesannya 'pagi Alea, semalem seru juga yah cerita banyak hal' 'iya, kita-kita juga jadi tau banyak tentang kamu, kamu orangnya nyenengin juga yah' bales Alea 'lea, boleh ga aku sama cowok aku ikut liburan bareng kalian' kirim Intan 'boleh aja, kita ketemuan dimana?' bales Alea 'semalemkan udah direncanain kita pergi ke bogor, aku kan tinggal didaerah kebon jeruk ga jauh juga sama cowok aku, kalian tunggu aku di pom bensin deket situ aja' pinta Intan dalam pesannya 'oh, yaudah kamu beneran cuma sama cowok kamu kan' ketik Alea 'iya beneran cuma sama cowok aku ko, ini nomer telpon ku 08581445xxx, jangan lupa telpon yah..' 'ok, kita berangkat jam 8 pagi, jangan lupa yah.. sampai ketemu' tutup Alea.

Sabtu 27 juli 2003,
Mburrmm..... Mburrmm..... Mburrmm.....

Pagi hari, Arya bersiap memanaskan mobilnya untuk berangkat berlibur kedaerah Bogor bersama Alea kekasihnya dan juga beberapa teman yang lainnya, Dino dan Reva, Adith dan Lala dan juga Boim yang aga sedikit tulalit. "guys... udah siap semua blom?" teriak Arya dari halaman rumah "sabar sayang lagi beresin makanan dulu" Aleapun menjawab. 

Setelah semua perlengkapan siap merekap pun langsung berangkat.

Saat baru memulai perjalanan Alea teringat Intan yang katanya mau ikut liburan bersama mereka, dan alea pun bertanya pada yang lainnya, "gimana nih Intan diajak ga?" "siapa Intan?"tanya boim dengan rasa ingin tau "Intan itu temen Chatting aku, katanya dia mau ikut kita liburan sama cowoknya, Reva sama Lala juga tau ko.." "ya udah gapapa ajak aja, lagian bangku belakang juga masih kosong, masih ada tempat buat mereka" jawab Arya "ya udah aku telpon dia yah.." tut...tut...tut... setelah lama menunggu akhirnya nomer telpon yan ditujupun ada yang mengangkat, tapi bukan seorang wanita melainkan seorang pria dan mengaku bernama Fajar "halo, siapa nih?, ini nomernya Intan kan?" tanya Alea dalam telponnya "iya benar, ini nomernya Intan, aku Fajar cowoknya Intan, aku diajak sama Intan liburan kebogor bareng kalian semua, aku sudah di pom bensin tempat kalian janjian sama intan, aku tunggu kalian disini yah" jelas fajar yang langsung menutup telponnya, "aneh banget ini orang" dalam hati Alea berkata, "gimana Al, intannya ada?" tanya Reva "kita kepom bensin aja dulu, coba temuin dia" jelas Alea.

Merekapun sampai dipom bensin tempat Intan dan pacarnya menunggu dan merekapun tidak mengenali Intan karna memang Intan tidak mengirimkan fotonya tapi tak lama kemudian ada seoarang pria yang mendekati Alea dan yang lainnya "hai, Alea yah?" tanya pria itu "iya benar, anda siapa yah?" jawab Alea "aku Fajar yang tadi angkat telpon dari kamu dan aku pacarnya intan" jelas Fajar "mamang intannya kemana?" tanya Reva "tadi aku sama Intan sudah tunggu kalian disini, tapi Intan ada keperluan mendadak, dan dia nitipin Hpnya ke aku, katanya gapapa dia ditinggal nanti dia nyusul, katanya dia udah tau" Fajar menjelaskan "oh, yaudah kalo gitu, ayo kita jalan.." ajak Arya.

Akhirnya merekapun melanjutkan perjalananya, Fajar mulai akrab dengan yang lainnya dai bercerita tentang Intan sampai-sampai Reva terbingung "hebat, kamu tau banyak yah tentang pacar kamu" "ya harusnya seorang pacarkan begitu" imbuh Fajar.
Setelah beberapa lama perjalanan akhirnya mereka memutuskan untuk mencari sebuah penginapan atau vila dan Fajar yang paling bersemangat untuk mencarinya, Fajarpun kemudian menemukan sebuah vila dengan pemandangan yang sangat bagus diatas bukit, sangat tenang, dan jauh dari keramaian, tanpa berfikir panjang merekapun langsung menghampirinya. 

Suasana di villa itu sangat sepi sekali, jauh dari keramaian, tapi rumahnya tampak begitu terawat tidak ada sampah dan rumput yang tampak selalu di potong.

Dino mencoba memanggil si penunggu villa tapi tak ada satu orangpun yang menjawab, Adith coba memeriksa bagian belakang rumah, tiba-tiba dia dikagetkan dengan penampakan seorang pria tua berambut panjang "akhh.."teriakan Adith yang membuat temannya yang lain menghampirinya "mau apa kalian kesini?" tanya pria tua itu "kami kesini ingin menyewa villa bapak" ungkap Adith "vila ini bukan milik saya, nyonya Roslina adalah pemiliknya" jelas bapa tua itu "kalau begitu dimana saya bisa menemui nyonya Roslina itu?" tanya adith "nanti saya panggilkan, biar dia saja yang kesini" pungkas bapak tua itu.
Setelah beberapa saat menunggun sambil menikmati pemandangan disekitar rumah akhirnya sesosok wanita setengah baya yang masih terlihat cantik pun datang, Boim langsung menyapa, "siang ibu, ibu pasti nyonya Roslina?" wanita itu tidak menjawab tapi dia hanya tersenyum dan ia pun berkata "kata si gondrong kalian akan menyewa villa saya?" ujarnya dengan nada yang halus "betul bu, kita mau sewa villa ibu untuk beberapa malam boleh kan?" jalas Reva "berapa tarifnya?" imbuh Dino "boleh saja, permalamnya Rp.500.000 " ungkap Nyonya Roslina "oke, kita bayar dimuka untuk 3 hari dulu ya bu" Arya langsung membayarnya "terima kasih, kalo ada apa-apa kalian bisa bertanya atau minta bantuan pada Pak Gondrong" dan Nyonya Roslinapun bergegas pergi.

Boim menghampiri pria tua yang katanya lebih akrab dipanggil Pak Gondrong itu "Pak rumah ini aman kan? turus daerah sini ada pemandangan apa Pak?" Boim bertanya "rumah ini aman tapi kalau hujan sering mati listriknya dan harus menyalakan diesel terlebih dahulu, dibawah bukit terdapat air terjun yang indah sekali, kalian bisa mandi disana" seraya itu dia berjalan masuk merapihkan bagian dalam rumah.
Dengan semangat Boim memberitahukan tentang pemandangan tersebut kepada teman-temannya dan dengan penuh rasa ingin tau merekapun langsung mencarinya tapi Fajar dan Reva tidak ikut karna mereka lebih memilih membereskan barang-barang mereka terlebih dahulu.

Alea nampak menyapukan semua pandangannya kesetiap sudut villa, nampak didinding villa banyak terdapat foto Nyonya Roslina dan putrinya yang tampak cantik disisi lain terdapat juga foto Nyonya Roslina bersama anak laki-lakinya, banyak ornamen tengkorak hewan bergatungan menghiasi dinding, seperti rusa, kerbau dan lainnya.
Diruang televisi nampak ada sebuah lukisan besar seorang anak kecil yang cantik, tapi dia duduk telkulai dikursi goyang dengan mata menghadap lurus, kosong dan.. dan rasa penasaran Alea membuatnya memberanikan diri intuk menanyakan tentang lukian itu pada Pak Gondrong dan menurutnya itu adalah lukisan putri Nyonya Roslina yang sudah meninggal, dan lukisan itupun dibuat memang ketika putrinya sudah meninggal.
Alea merasa aga aneh mendengar cerita Pak Gondrong tapi ia tidak terlalu memperdulikannya.

"oh iya jar, Intan gimana kabarnya jadi nyusul kita kesini kan?" tanya Reva sambil membereskan barang-barangnya " tadi sih udah aku telpon kenomer dia yang satunya tapi ga diangkat" "trus gimana dong, dia jadi kesini ga?" "kita tunggu aja, tar juga dia telpon".
Ditempat lain, air terjun menjadi hiburan yang sangat menyenagkan untuk yang lainnya, mereka berenang, bercanda penuh semangat. Terkecuali Arya yang masih menunggu Alea kekasihnya datang.

Arya memperhatikan sekitar, melepaskan pandangan jauh kearah pegunungan, tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan hitam dibalik semak-semak yang memperhatikan mereka “heii.. siapa tuh?” Arya berteriak dan sontak yang lainpun menoleh kearah Arya “Ya.. kenapa sih lo teriak-teriak” tanya Boim “engga Im, tadi gw kaya ngeliat bayangan orang gitu dibalik semak itu tuh..” tunjuk Arya kesemak yang dimakasudkannya “mana ada orang disini, kan kita jauh dari perkampungan, palingan juga kalo ada ya tukang kebun yang lewat aja” imbuh Dino. 
          
Dan ketika yang lainnya semakin asik berenang di air terjun, Arya justru masih penasaran dengan sosok orang dibalik semak yang ia lihat, dan ia pun menghampirinya.
Arya menghampiri dan memeriksa semak itu, tapi disemak itu tidak ada siapa-siapa. hanya tampak ada jejak kaki ditanah dan Arya semakin yakin bahwa disini tadi ada orang yang sedang memperhatikannya. Dan Aryapun kembali menemui teman-temannya dengan rasa penasaran.

Setelah selesai berenang dan hari mulai sore, merekapun kembali kevilla. Dengan penuh semangat Reva dan Lala langsung menceritakan tentang air terjun itu kepada Alya “ gila Ya keren banget air terjunnya.. airnya seger banget..” “besok lo harus nyobain ya Ya mandi disana. Sumpah.. seger banget..” imbuh Lala.

Suasana di vila semakin malam, udara dingin semakin menusuk tulang, suasana semakin senyap hanya terdengar jangkrik yang berderik.
“Busyet dah dingin banget yaa..” keluh Dino, “eh mendingan kalian minta kayu bakan sana sama Pak Gondrong, kalian bikin api unggun aja” saran Adith “nah bener juga tuh, gih..” timpah Arya.
“ogah ah, ngeliat mukanya si gondrong aja udah serem gw, apalagi malem-malem gini bisa makin serem tuh orang” pukas Dino, "udeh yu kaga pape dah.. yang penting dia ga maho” canda Boim.

Akhirnya Boim dan Dino memutuskan menemui Pak Gondrong untuk meminta kayu bakar, rumahnya tidak terlalu jauh dibelakang villa, nampak dari kejauhan sebuah gubug reot di ditengah gunung dengan penerangan hanya memakai lampu minyak saja.
Mereka menghampiri rumah itu, terlihat sangat sepi tidak ada seorangpun disana, “Pak Gondrong.. Pak Gondrong.. “ panggil Boim, “kayanya dia gak ada Im” Dino coba membuka pintu gubuk itu dengan sangat ketakutan “lo mau ngapain si No” “udehh.. diem aje lu, gw penasaran gubug kaya gini isinya apaan”
Pintu gubub itupun terbuka karna memang tidak dikunci, didalamnya nampak hanya ada sebuah alas tidur dan lampu minyak untuk penerangan saja.

"gila ni orang tua, bisa aje ye tidur ditempat kaya gini" celetuk Dino, dengan rasa penasaran Dino memberanikan diri masuk lebih dalam memeriksa lemari yang nampak lapuk itu. "udah lah No kita balik aja yuk, tar kalo ketauan sama sigondrong gimana?" bujuk Boim "tar dulu gw masih penasaran ama isi lemarinya"
Dino mulai membuka lemari itu dan ia dikagetkan dengan tengkorak yang sudah mengering dan jatuh kearahnya "astaga apaan ini.. " teriak Dino histeris, tapi setelah Dino memperhatikan dengan seksama tengkorak itu, itu hanya tengkorang kepala monyet yang sudah mengering. "udah No ayo balik gw udah takut banget nih.." mohon Boim, dan Dinopun manaruh kembali tengkorak monyet itu kedalam lemari.

Ketika mereka hendak keluar dan membalikan badan dengan sangat mengagetkan didepan pintu sudah menunggu Pak Gondrong "sedang apa kalian??" tanyanya dengan suara paraunya, kontan saja itu sangat mengagetkan Boim dan Dino "tidak sepantasnya kalian masuk ketempat orang lain tanpa permisi" ujar Pak Gondrong sambil mengeluarkan parang besar yang tampak sangat tajam. "i..ii.. iya pak kami minta maaf" ujar Dino dengan terbata dan semakin ketakuan, merekanpun memberanikan diri melangkah keluar melewati Pak Gondrong.

Dengan ekspresi muka yang yang sangat menyeramkan dan sebilah parang besar tajam ditangan membuat Dino dan Boim tak kuasa menahan rasa takut, mereka berjalan perlahan melewati Pak Gondrong.

Setelah mereka semakin mendekat, tiba-tiba pak gondrong menggenggam pergelangan tangan Boim, sontak Boim semakin ketakutan "apa yang kalian cari?" "k.. k.. kami sebenarnya cuma mau minta kayu bakar pak untuk bikin api unggun" dengan nada terbata Boim mengungkapkan tujuannya, "tunggu disini. !!" ujar pak gondrong seraya melepaskan genggamannya dan pergi kebelakang gubug untuk mengambil kayu bakar, "ini kayunya , ingat setiap kesalahan, kalian akan menanggung resikonya" dengan cepat Boim dan Dino mengambil kayu bakar itu dan bergegas pergi.

“jangan nyuruh gw lagi ye ketemu si gondrong” dengan nafas terengah-engah Boim berkata, “nih kayunya, udah cepatan bakar, udah dingin banget nih..” timpah Dino
“emangnya lo pada abis ngeliat apaan sampe lari-larian gitu?” tanya Adith “iya udah kaya abis ngeliat setan aja” imbuh Lala “sumpah dari deket emang tuh sigondrong serem banget mukannya, mana ada kaya bekas luka bacokan gitu dimukanya.. Iihh.. Serem"  cuap boim sambil terus menceritakan yang tejadi digubugnya Pak Gondrong.

Akhirnya setelah semuanya berkumpul mereka mulai menikmati malam itu dengan membuat api unggun, mereka bernyanyi, bercanda, tertawa dan bersenang-senang. Begitupun fajar, orang asing yang langsung membaur bersama yang lainnya, “jar, Intan kemana sih, ko belom nyampe juga?” tanya Reva, “iya nih, inikan udah malem, bahaya tau kalo perempuan sendirian malem-malem gini” imbuh Alea, “tadi sih sore Intan sempet telpon kayanya dia pasti dateng” jawab fajar.
"kalo masih ga bisa yaudah suruh besok pagi aja nyusulnya, lagian kan aga susah juga nyari tempat kaya gini malem-malem..” saran Alea 
Dan mereka semakin larut dengan kegembiraan yang mereka ciptakan.
"Beb, anterin pipis yu.." ucap Lala pada Adith pacarnya, mereka lantas pergi meninggalkan yang lainnya.

Lala masuk kedalam villa yang memang nampak lebih menyeramkan bila sendiri "beb, kamu jangan ninggalin aku yah, ni villa serem banget kalo diliat-liat" "iya aku ga bakal ninggalin, lagian kan ga ada apa-apa , kan kata Alea itu cuma lukisan anaknya ibu Roselina aja" jelas Adith
"tapi, coba deh kamu liat lukisan itu kayanya hidup gitu, matanya bercahaya banget, tapi raut mukanya kenapa kaya orang benci gitu yah.." “ah.. itumah halusinasi kamu aja beb, lagian kan kata Alea yang dilukis udah jadi mayat.., udah cepet sana kalu mau pipis aku tungguin disini”
Lala pun bergegas masuk kekamar mandi, samar-samar ia mendengar suara rintihan lirih di balik dinding, ia coba mendengarnya lagi lebih seksama tapi suara itu hilang begitu saja.
Lala menceritakan yang terjadi dengannya tadi di kamar mandi pada Adith “ah itu paling suara jangkrik, udah ga usah dipikirin, ngumpul lagi aja yu..” tenang Adith.
Jam menunjukan sudah lewat tengah malam, dimalam yang semakin larut dan semakin dingin membuat mereka memutuskan untuk segera masuk ke villa, dan mereka lebih memilih untuk tertidur.

Baru saja Alea, Reva dan Lala ingin memejamkan mata kembali mereka diganggu oleh Lala yang lagi-lagi samar-samar mendengarkan suara rintihan, entah dari mana datangnya suara itu, "Al, lo denger suara itu ga? lo dengen juga kan Rev?" "apaan sih udah malem nih La.. gw mau tidur" keluh Reva. "Iya La, ga ada suara apa-apa ko, udah tenang aja, tidur aja yu" timpa Alea.

Diluar ruangan tepatnya di ruang televisi, ada Boim dan Fajar yang sepertinya sulit untuk tertidur, "jar gw ga bisa tidur nih" "sama, gw juga blom ngantuk" jawabnya singkat, "ngapain ya enaknya..?" "bentar.. tu kan ada lemari siapa tau ada film yang bisa ditonton"
Fajarpun kemudian membuka lemari televisi, dan memang benar ada beberapa kaset film yang bisa mereka putar "ni Im ada kaset film, lo mau nonton yang mana?" tanya Fajar, "emmm.. yang mana yah.. tapi ko kayanya film horror semua nih.." jawab Boim yang sambil memilih film.

"Nah..  ini aja nih.. " Boim memilih sebuah film tanpa cover. "Buruan setel Jar, penasaran gw isinya, mudah-mudahan film blue..."
Fajarpun langsung mencoba untuk memutar film itu, tapi bukan seperti yang diharapkan Boim, ternyata isinya juga film horror tapi ini sedikit aneh, lebih mirip seperti film dokumenter, didalamnya ada adegan penyiksaan beberapa orang laki-laki dan perempuan terhadap seorang perempuan yang masih berseragam sekolah, penyiksaan yang begitu sadis dan brutal, "ihh.. ni film sadis amat, tapi kayanya muka pemainnya ko gw ga asing yah, akting pemainnya juga natural banget, kaya beneran, apalagi darahnya.. beuuhh.. keren nih yang bikin.. tapi kasian juga tu cewe yah.." Gumam Boim,
"Iya Im, filmnya sadis banget.. kira-kira kalo kejadian beneran yang nyiksanya harusnya diapain yah?"
"Ya dihukum mati lah.." sahut Boim.
"Lo kenapa ngeluarin air mata gitu jar, lo sedih ngeliat tu film, gw sih serem.. udah ah matiin aja, mendingan gw tidur." imbuh Boim.
Dan merekapun tertidur.

Keesokan paginya, nampak embun menyelimuti kebun teh disekitar, Alea pun mulai terbangun karna kicauan burung, ia mulai membuka jendela fan menikmati udara sejuk yang masuk kekamar "Reva, Lala, ayo bangun udah pagi nih, liat keluar udaranya sejuk banget, ayo cepet bangun" bujuk Alea, tapi Reva dan Lala tidak juga terbangun akhirnya Alea keluar kamar sendiri, nampak Boim yang masih tertidur sendiri di ruang televisi "lho kan harusnya si Boim tidur sama si Fajar, kemana dia pagi-pagi gini udah ga ada" gumam Alea.
Alea mulai membuka pintu Villa dan kontan saja udara sejuk masuk kesetiap penjuru ruangan. Ia melangkah keluar dan menikmati udara pagi itu sendiri.
"Hai.." tepuk Fajar pada pundak Alea, kontan saja Alea terperanjak kaget, "Eh kamu jar? dari mana pagi-pagi gini" "ah engga.. lari-lari kecil aja sama nikmatin udara pagi disini" akunya.

Ketika Alea dan Fajar sedang asik berbincang, dari kedalaman villa Arya yang sudah terbangun memperhatian kekasihnya, "hai sayang.. kamu ko ga bangunin aku sih?" ucap Arya sembari berjalan mendekati mereka berdua.
"Udah seger aja lo jar pagi-pagi gini" tanya Arya, "iya nih abisnya udara paginya sayang buat dilewatin.." terangnya.
"Bangunin yang lain sayang, biar kita bisa lari pagi bareng" usul Alea pada Arya.
Semuanya bangun dan bersiap untuk lari pagi atau setidaknya berkeliling sekitar villa kecuali Boim yang nampak masih tergeletak di depan tv.
Setelah mereka berlari keliling villa mereka semakin menyadari kalau villa itu memang benar-benar jauh dari kampung terdekat.

Divilla Boim nampak baru bangun dari tidurnya “wuiihh.. pada kemana nih.. ko gw ditinggal sendirian gini..” tiba-tiba saja tendengar seperti ada yang mengetuk pintu tok.. tokk.. tokk…”siapa diluar?” tanya Boim sambil terperanjat kaget, tapi tidak ada yang menjawab. Boim lantas bergegas membukakan pintu dan ternyata yang datang adalah Nyonya Roselina “eh… Ibu.. kirain siapa pagi-pagi gini.. silakan masuk bu..” “pada kemana yang lainnya?” tanya Nyonya Roslina dengan sikap dinginnya, “gak tau bu, boim baru bangun eh.. mereka udah pada pergi..” “ohh.. paling mereka sedang jalan-jalan menikmati suasana pagi disini” ujar nyonya Roslina
“bagaimana malamnya, tidak terjadi hal yang anehkan?” tanya Nyonya Roslina “hal aneh apa bu?” Boim terheran. “Biasanya kalau malam disekitar sini sering terdengar tangis anak gadis, tapi tidak apa-apa tidak mengganggu ko..” ujarnya “Boim sih ga denger atau ngerasain apa-apa bu, Cuma kalu Boim boleh nanya, semalemkan Boim nonton film yang ada dilemari tv kofilmnya horror semua ya bu?” “owh.. itu bekas orang-orang yang sering menyewa villa ini, mereka suka film horror, mereka suka akan penyikasaan, mereka suka membunuh” “apa bu, membunuh’ sahut Boim tercengang “bukan-bukan, maksudnya adegan pembunuhan dalam film” terangnya. “tapi bu ada satu film yang gak ada covernya, filmnya serem banget tentang penyiksaan gitu, semalem Boim nonton sama si Fajar” “kalau itu bukan film” jawab Nyonya Roslina singkat. “lha terus itu apa dong bu?” tanya Boim semakin heran. 

Tidak lama yang lainnya pun datang, dan pembicaraan yang terjadi antar Boim dan Nyonya Rolina pun menguap begitu saja, “ini ada makanan kecil untuk kalian sarapan” ujar Nyonya Roslina sembari memberikan makanan itu pada Alea dan iya pun bergegas pergi. “makasih ya bu..” teriak Adith “baik banget tuh si ibu sampe ngasih kita makanan segala” celetuk Fajar.



"Kejadian aneh apa lagi yang terjadi pada mereka, yang jelas semakin banyak kejadian aneh dan menegangkan yang akan terjadi pada mereka selanjutnya.."

sebetulnya aku ingin menuntaskan cerita ini disni tapi sepertinya terlalu panjang, kalau kalian mau tau kisah selangkapnya kalian bisa menghubungiku nanti kuberikan cerita misteri ini lengkap dengan format mini novel setebal 165 halaman, dijamin ceritanya tidak mengecewakan dan sepertinya cocok diangkat kelayar lebar hee...



dede sutisna

Diehard fansnya Sheila on 7 dan Sum41, Blogger yang jarang posting, Masih suka nonton Doraemon dan penggemar game Fifa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar