Kamis, 17 juli 2003 pukul 23.30,
Alea sedang asik chatting bersama teman-temanya, ditengah mereka yang asik
membicarakan liburan minggu depan tiba-tiba ada instant message yang berisikan
'hai.. met malem boleh gabung ga kayanya lagi pada asik banget' pesan itu
dikirim dari seorng wanita yang nicknamenya Intan manis dan Alea pun membalas
pesan tersebut, berisikan 'boleh aja, kamu siapa? kuliah dimana?' dan intan pun
membalas lagi 'aku intan, aku kuliah di Trisakti jurusan kedokteran' 'oh calon
dokter toh' bales Reva 'oh iya liburan kali ini kalian ada rencana kemana?'
Intan pun mengirimkan pesannya 'ini kita-kita lagi ngerencanain' timpah Lala
dalam pesannya, 'memangnya kalian mau pergi kemana?' bales Intan 'kedaerah
Bogor kayanya ke cibodas' bales Lala dan mereka berempatpun melanjutkan
pembicaraanya lewat chatting, membicarakan masalah cowok, kampus dan yang
lainnya hingga waktu sangat larut dan keempatnya merasa lelah dan tertidur.
Keesokan harinya Alea kembali
menyalakan komputernya dan mulai berchatting ria dan Intan pun kembali dengan
mengirimkan pesannya 'pagi Alea, semalem seru juga yah cerita banyak hal' 'iya,
kita-kita juga jadi tau banyak tentang kamu, kamu orangnya nyenengin juga yah'
bales Alea 'lea, boleh ga aku sama cowok aku ikut liburan bareng kalian' kirim
Intan 'boleh aja, kita ketemuan dimana?' bales Alea 'semalemkan udah
direncanain kita pergi ke bogor, aku kan tinggal didaerah kebon jeruk ga jauh
juga sama cowok aku, kalian tunggu aku di pom bensin deket situ aja' pinta
Intan dalam pesannya 'oh, yaudah kamu beneran cuma sama cowok kamu kan' ketik
Alea 'iya beneran cuma sama cowok aku ko, ini nomer telpon ku 08581445xxx,
jangan lupa telpon yah..' 'ok, kita berangkat jam 8 pagi, jangan lupa yah..
sampai ketemu' tutup Alea.
Sabtu 27 juli 2003,
Mburrmm..... Mburrmm.....
Mburrmm.....
Pagi hari, Arya bersiap memanaskan
mobilnya untuk berangkat berlibur kedaerah Bogor bersama Alea kekasihnya dan
juga beberapa teman yang lainnya, Dino dan Reva, Adith dan Lala dan juga Boim
yang aga sedikit tulalit. "guys... udah siap semua blom?" teriak Arya
dari halaman rumah "sabar sayang lagi beresin makanan dulu" Aleapun
menjawab.
Setelah semua perlengkapan siap merekap pun langsung berangkat.
Saat baru memulai perjalanan Alea
teringat Intan yang katanya mau ikut liburan bersama mereka, dan alea pun
bertanya pada yang lainnya, "gimana nih Intan diajak ga?" "siapa
Intan?"tanya boim dengan rasa ingin tau "Intan itu temen Chatting
aku, katanya dia mau ikut kita liburan sama cowoknya, Reva sama Lala juga tau
ko.." "ya udah gapapa ajak aja, lagian bangku belakang juga masih
kosong, masih ada tempat buat mereka" jawab Arya "ya udah aku telpon
dia yah.." tut...tut...tut... setelah lama menunggu akhirnya nomer telpon
yan ditujupun ada yang mengangkat, tapi bukan seorang wanita melainkan seorang
pria dan mengaku bernama Fajar "halo, siapa nih?, ini nomernya Intan
kan?" tanya Alea dalam telponnya "iya benar, ini nomernya Intan, aku
Fajar cowoknya Intan, aku diajak sama Intan liburan kebogor bareng kalian semua,
aku sudah di pom bensin tempat kalian janjian sama intan, aku tunggu kalian
disini yah" jelas fajar yang langsung menutup telponnya, "aneh banget
ini orang" dalam hati Alea berkata, "gimana Al, intannya ada?"
tanya Reva "kita kepom bensin aja dulu, coba temuin dia" jelas Alea.
Merekapun sampai dipom bensin
tempat Intan dan pacarnya menunggu dan merekapun tidak mengenali Intan karna
memang Intan tidak mengirimkan fotonya tapi tak lama kemudian ada seoarang pria
yang mendekati Alea dan yang lainnya "hai, Alea yah?" tanya pria itu
"iya benar, anda siapa yah?" jawab Alea "aku Fajar yang tadi
angkat telpon dari kamu dan aku pacarnya intan" jelas Fajar "mamang
intannya kemana?" tanya Reva "tadi aku sama Intan sudah tunggu kalian
disini, tapi Intan ada keperluan mendadak, dan dia nitipin Hpnya ke aku,
katanya gapapa dia ditinggal nanti dia nyusul, katanya dia udah tau" Fajar
menjelaskan "oh, yaudah kalo gitu, ayo kita jalan.." ajak Arya.
Akhirnya merekapun melanjutkan
perjalananya, Fajar mulai akrab dengan yang lainnya dai bercerita tentang Intan
sampai-sampai Reva terbingung "hebat, kamu tau banyak yah tentang pacar
kamu" "ya harusnya seorang pacarkan begitu" imbuh Fajar.
Setelah beberapa lama perjalanan
akhirnya mereka memutuskan untuk mencari sebuah penginapan atau vila dan Fajar
yang paling bersemangat untuk mencarinya, Fajarpun kemudian menemukan sebuah
vila dengan pemandangan yang sangat bagus diatas bukit, sangat tenang, dan jauh
dari keramaian, tanpa berfikir panjang merekapun langsung menghampirinya.
Suasana di villa itu sangat sepi
sekali, jauh dari keramaian, tapi rumahnya tampak begitu terawat tidak ada
sampah dan rumput yang tampak selalu di potong.
Dino mencoba memanggil si penunggu
villa tapi tak ada satu orangpun yang menjawab, Adith coba memeriksa bagian belakang
rumah, tiba-tiba dia dikagetkan dengan penampakan seorang pria tua berambut
panjang "akhh.."teriakan Adith yang membuat temannya yang lain
menghampirinya "mau apa kalian kesini?" tanya pria tua itu "kami
kesini ingin menyewa villa bapak" ungkap Adith "vila ini bukan milik
saya, nyonya Roslina adalah pemiliknya" jelas bapa tua itu "kalau
begitu dimana saya bisa menemui nyonya Roslina itu?" tanya adith
"nanti saya panggilkan, biar dia saja yang kesini" pungkas bapak tua
itu.
Setelah beberapa saat menunggun
sambil menikmati pemandangan disekitar rumah akhirnya sesosok wanita setengah
baya yang masih terlihat cantik pun datang, Boim langsung menyapa, "siang
ibu, ibu pasti nyonya Roslina?" wanita itu tidak menjawab tapi dia hanya
tersenyum dan ia pun berkata "kata si gondrong kalian akan menyewa villa
saya?" ujarnya dengan nada yang halus "betul bu, kita mau sewa villa
ibu untuk beberapa malam boleh kan?" jalas Reva "berapa
tarifnya?" imbuh Dino "boleh saja, permalamnya Rp.500.000 "
ungkap Nyonya Roslina "oke, kita bayar dimuka untuk 3 hari dulu ya
bu" Arya langsung membayarnya "terima kasih, kalo ada apa-apa kalian
bisa bertanya atau minta bantuan pada Pak Gondrong" dan Nyonya Roslinapun
bergegas pergi.
Boim menghampiri pria tua yang
katanya lebih akrab dipanggil Pak Gondrong itu "Pak rumah ini aman kan?
turus daerah sini ada pemandangan apa Pak?" Boim bertanya "rumah ini
aman tapi kalau hujan sering mati listriknya dan harus menyalakan diesel
terlebih dahulu, dibawah bukit terdapat air terjun yang indah sekali, kalian
bisa mandi disana" seraya itu dia berjalan masuk merapihkan bagian dalam
rumah.
Dengan semangat Boim
memberitahukan tentang pemandangan tersebut kepada teman-temannya dan dengan
penuh rasa ingin tau merekapun langsung mencarinya tapi Fajar dan Reva tidak
ikut karna mereka lebih memilih membereskan barang-barang mereka terlebih
dahulu.
Alea nampak menyapukan semua
pandangannya kesetiap sudut villa, nampak didinding villa banyak terdapat foto
Nyonya Roslina dan putrinya yang tampak cantik disisi lain terdapat juga foto
Nyonya Roslina bersama anak laki-lakinya, banyak ornamen tengkorak hewan
bergatungan menghiasi dinding, seperti rusa, kerbau dan lainnya.
Diruang televisi nampak ada sebuah
lukisan besar seorang anak kecil yang cantik, tapi dia duduk telkulai dikursi
goyang dengan mata menghadap lurus, kosong dan.. dan rasa penasaran Alea
membuatnya memberanikan diri intuk menanyakan tentang lukian itu pada Pak Gondrong
dan menurutnya itu adalah lukisan putri Nyonya Roslina yang sudah meninggal,
dan lukisan itupun dibuat memang ketika putrinya sudah meninggal.
Alea merasa aga aneh mendengar
cerita Pak Gondrong tapi ia tidak terlalu memperdulikannya.
"oh iya jar, Intan gimana
kabarnya jadi nyusul kita kesini kan?" tanya Reva sambil membereskan
barang-barangnya " tadi sih udah aku telpon kenomer dia yang satunya tapi
ga diangkat" "trus gimana dong, dia jadi kesini ga?" "kita
tunggu aja, tar juga dia telpon".
Ditempat lain, air terjun menjadi
hiburan yang sangat menyenagkan untuk yang lainnya, mereka berenang, bercanda
penuh semangat. Terkecuali Arya yang masih menunggu Alea kekasihnya datang.
Arya memperhatikan sekitar,
melepaskan pandangan jauh kearah pegunungan, tiba-tiba dia melihat sesosok
bayangan hitam dibalik semak-semak yang memperhatikan mereka “heii.. siapa
tuh?” Arya berteriak dan sontak yang lainpun menoleh kearah Arya “Ya.. kenapa
sih lo teriak-teriak” tanya Boim “engga Im, tadi gw kaya ngeliat bayangan orang
gitu dibalik semak itu tuh..” tunjuk Arya kesemak yang dimakasudkannya “mana
ada orang disini, kan kita jauh dari perkampungan, palingan juga kalo ada ya
tukang kebun yang lewat aja” imbuh Dino.
Dan ketika yang lainnya semakin
asik berenang di air terjun, Arya justru masih penasaran dengan sosok orang
dibalik semak yang ia lihat, dan ia pun menghampirinya.
Arya menghampiri dan memeriksa
semak itu, tapi disemak itu tidak ada siapa-siapa. hanya tampak ada jejak kaki
ditanah dan Arya semakin yakin bahwa disini tadi ada orang yang sedang
memperhatikannya. Dan Aryapun kembali menemui teman-temannya dengan rasa
penasaran.
Setelah selesai berenang dan hari
mulai sore, merekapun kembali kevilla. Dengan penuh semangat Reva dan Lala
langsung menceritakan tentang air terjun itu kepada Alya “ gila Ya keren banget
air terjunnya.. airnya seger banget..” “besok lo harus nyobain ya Ya mandi
disana. Sumpah.. seger banget..” imbuh Lala.
Suasana di vila semakin malam,
udara dingin semakin menusuk tulang, suasana semakin senyap hanya terdengar
jangkrik yang berderik.
“Busyet dah dingin banget yaa..”
keluh Dino, “eh mendingan kalian minta kayu bakan sana sama Pak Gondrong,
kalian bikin api unggun aja” saran Adith “nah bener juga tuh, gih..” timpah
Arya.
“ogah ah, ngeliat mukanya si
gondrong aja udah serem gw, apalagi malem-malem gini bisa makin serem tuh
orang” pukas Dino, "udeh yu kaga pape dah.. yang penting dia ga maho”
canda Boim.
Akhirnya Boim dan Dino memutuskan
menemui Pak Gondrong untuk meminta kayu bakar, rumahnya tidak terlalu jauh
dibelakang villa, nampak dari kejauhan sebuah gubug reot di ditengah gunung
dengan penerangan hanya memakai lampu minyak saja.
Mereka menghampiri rumah itu,
terlihat sangat sepi tidak ada seorangpun disana, “Pak Gondrong.. Pak
Gondrong.. “ panggil Boim, “kayanya dia gak ada Im” Dino coba membuka pintu
gubuk itu dengan sangat ketakutan “lo mau ngapain si No” “udehh.. diem aje lu,
gw penasaran gubug kaya gini isinya apaan”
Pintu gubub itupun terbuka karna
memang tidak dikunci, didalamnya nampak hanya ada sebuah alas tidur dan lampu
minyak untuk penerangan saja.
"gila ni orang tua, bisa aje
ye tidur ditempat kaya gini" celetuk Dino, dengan rasa penasaran Dino
memberanikan diri masuk lebih dalam memeriksa lemari yang nampak lapuk itu.
"udah lah No kita balik aja yuk, tar kalo ketauan sama sigondrong
gimana?" bujuk Boim "tar dulu gw masih penasaran ama isi
lemarinya"
Dino mulai membuka lemari itu dan
ia dikagetkan dengan tengkorak yang sudah mengering dan jatuh kearahnya
"astaga apaan ini.. " teriak Dino histeris, tapi setelah Dino
memperhatikan dengan seksama tengkorak itu, itu hanya tengkorang kepala monyet
yang sudah mengering. "udah No ayo balik gw udah takut banget nih.."
mohon Boim, dan Dinopun manaruh kembali tengkorak monyet itu kedalam lemari.
Ketika mereka hendak keluar dan
membalikan badan dengan sangat mengagetkan didepan pintu sudah menunggu Pak
Gondrong "sedang apa kalian??" tanyanya dengan suara paraunya, kontan
saja itu sangat mengagetkan Boim dan Dino "tidak sepantasnya kalian masuk
ketempat orang lain tanpa permisi" ujar Pak Gondrong sambil mengeluarkan
parang besar yang tampak sangat tajam. "i..ii.. iya pak kami minta
maaf" ujar Dino dengan terbata dan semakin ketakuan, merekanpun
memberanikan diri melangkah keluar melewati Pak Gondrong.
Dengan ekspresi muka yang yang
sangat menyeramkan dan sebilah parang besar tajam ditangan membuat Dino dan
Boim tak kuasa menahan rasa takut, mereka berjalan perlahan melewati Pak
Gondrong.
Setelah mereka semakin mendekat,
tiba-tiba pak gondrong menggenggam pergelangan tangan Boim, sontak Boim semakin
ketakutan "apa yang kalian cari?" "k.. k.. kami sebenarnya cuma
mau minta kayu bakar pak untuk bikin api unggun" dengan nada terbata Boim
mengungkapkan tujuannya, "tunggu disini. !!" ujar pak gondrong seraya
melepaskan genggamannya dan pergi kebelakang gubug untuk mengambil kayu bakar,
"ini kayunya , ingat setiap kesalahan, kalian akan menanggung
resikonya" dengan cepat Boim dan Dino mengambil kayu bakar itu dan
bergegas pergi.
“jangan nyuruh gw lagi ye ketemu
si gondrong” dengan nafas terengah-engah Boim berkata, “nih kayunya, udah
cepatan bakar, udah dingin banget nih..” timpah Dino
“emangnya lo pada abis ngeliat
apaan sampe lari-larian gitu?” tanya Adith “iya udah kaya abis ngeliat setan
aja” imbuh Lala “sumpah dari deket emang tuh sigondrong serem banget mukannya,
mana ada kaya bekas luka bacokan gitu dimukanya.. Iihh.. Serem" cuap boim sambil terus menceritakan yang
tejadi digubugnya Pak Gondrong.
Akhirnya setelah semuanya
berkumpul mereka mulai menikmati malam itu dengan membuat api unggun, mereka
bernyanyi, bercanda, tertawa dan bersenang-senang. Begitupun fajar, orang asing
yang langsung membaur bersama yang lainnya, “jar, Intan kemana sih, ko belom
nyampe juga?” tanya Reva, “iya nih, inikan udah malem, bahaya tau kalo
perempuan sendirian malem-malem gini” imbuh Alea, “tadi sih sore Intan sempet
telpon kayanya dia pasti dateng” jawab fajar.
"kalo masih ga bisa yaudah
suruh besok pagi aja nyusulnya, lagian kan aga susah juga nyari tempat kaya
gini malem-malem..” saran Alea
Dan mereka semakin larut dengan
kegembiraan yang mereka ciptakan.
"Beb, anterin pipis
yu.." ucap Lala pada Adith pacarnya, mereka lantas pergi meninggalkan yang
lainnya.
Lala masuk kedalam villa yang
memang nampak lebih menyeramkan bila sendiri "beb, kamu jangan ninggalin
aku yah, ni villa serem banget kalo diliat-liat" "iya aku ga bakal
ninggalin, lagian kan ga ada apa-apa , kan kata Alea itu cuma lukisan anaknya
ibu Roselina aja" jelas Adith
"tapi, coba deh kamu liat
lukisan itu kayanya hidup gitu, matanya bercahaya banget, tapi raut mukanya
kenapa kaya orang benci gitu yah.." “ah.. itumah halusinasi kamu aja beb,
lagian kan kata Alea yang dilukis udah jadi mayat.., udah cepet sana kalu mau
pipis aku tungguin disini”
Lala pun bergegas masuk kekamar
mandi, samar-samar ia mendengar suara rintihan lirih di balik dinding, ia coba
mendengarnya lagi lebih seksama tapi suara itu hilang begitu saja.
Lala menceritakan yang terjadi
dengannya tadi di kamar mandi pada Adith “ah itu paling suara jangkrik, udah ga
usah dipikirin, ngumpul lagi aja yu..” tenang Adith.
Jam menunjukan sudah lewat tengah
malam, dimalam yang semakin larut dan semakin dingin membuat mereka memutuskan
untuk segera masuk ke villa, dan mereka lebih memilih untuk tertidur.
Baru saja Alea, Reva dan Lala
ingin memejamkan mata kembali mereka diganggu oleh Lala yang lagi-lagi
samar-samar mendengarkan suara rintihan, entah dari mana datangnya suara itu,
"Al, lo denger suara itu ga? lo dengen juga kan Rev?" "apaan sih
udah malem nih La.. gw mau tidur" keluh Reva. "Iya La, ga ada suara
apa-apa ko, udah tenang aja, tidur aja yu" timpa Alea.
Diluar ruangan tepatnya di ruang
televisi, ada Boim dan Fajar yang sepertinya sulit untuk tertidur, "jar gw
ga bisa tidur nih" "sama, gw juga blom ngantuk" jawabnya singkat,
"ngapain ya enaknya..?" "bentar.. tu kan ada lemari siapa tau
ada film yang bisa ditonton"
Fajarpun kemudian membuka lemari
televisi, dan memang benar ada beberapa kaset film yang bisa mereka putar
"ni Im ada kaset film, lo mau nonton yang mana?" tanya Fajar,
"emmm.. yang mana yah.. tapi ko kayanya film horror semua nih.."
jawab Boim yang sambil memilih film.
"Nah.. ini aja nih.. " Boim memilih sebuah film
tanpa cover. "Buruan setel Jar, penasaran gw isinya, mudah-mudahan film
blue..."
Fajarpun langsung mencoba untuk
memutar film itu, tapi bukan seperti yang diharapkan Boim, ternyata isinya juga
film horror tapi ini sedikit aneh, lebih mirip seperti film dokumenter,
didalamnya ada adegan penyiksaan beberapa orang laki-laki dan perempuan terhadap
seorang perempuan yang masih berseragam sekolah, penyiksaan yang begitu sadis
dan brutal, "ihh.. ni film sadis amat, tapi kayanya muka pemainnya ko gw
ga asing yah, akting pemainnya juga natural banget, kaya beneran, apalagi
darahnya.. beuuhh.. keren nih yang bikin.. tapi kasian juga tu cewe yah.."
Gumam Boim,
"Iya Im, filmnya sadis
banget.. kira-kira kalo kejadian beneran yang nyiksanya harusnya diapain
yah?"
"Ya dihukum mati lah.."
sahut Boim.
"Lo kenapa ngeluarin air mata
gitu jar, lo sedih ngeliat tu film, gw sih serem.. udah ah matiin aja,
mendingan gw tidur." imbuh Boim.
Dan merekapun tertidur.
Keesokan paginya, nampak embun
menyelimuti kebun teh disekitar, Alea pun mulai terbangun karna kicauan burung,
ia mulai membuka jendela fan menikmati udara sejuk yang masuk kekamar
"Reva, Lala, ayo bangun udah pagi nih, liat keluar udaranya sejuk banget,
ayo cepet bangun" bujuk Alea, tapi Reva dan Lala tidak juga terbangun
akhirnya Alea keluar kamar sendiri, nampak Boim yang masih tertidur sendiri di
ruang televisi "lho kan harusnya si Boim tidur sama si Fajar, kemana dia
pagi-pagi gini udah ga ada" gumam Alea.
Alea mulai membuka pintu Villa dan
kontan saja udara sejuk masuk kesetiap penjuru ruangan. Ia melangkah keluar dan
menikmati udara pagi itu sendiri.
"Hai.." tepuk Fajar pada
pundak Alea, kontan saja Alea terperanjak kaget, "Eh kamu jar? dari mana
pagi-pagi gini" "ah engga.. lari-lari kecil aja sama nikmatin udara
pagi disini" akunya.
Ketika Alea dan Fajar sedang asik
berbincang, dari kedalaman villa Arya yang sudah terbangun memperhatian
kekasihnya, "hai sayang.. kamu ko ga bangunin aku sih?" ucap Arya
sembari berjalan mendekati mereka berdua.
"Udah seger aja lo jar
pagi-pagi gini" tanya Arya, "iya nih abisnya udara paginya sayang
buat dilewatin.." terangnya.
"Bangunin yang lain sayang,
biar kita bisa lari pagi bareng" usul Alea pada Arya.
Semuanya bangun dan bersiap untuk
lari pagi atau setidaknya berkeliling sekitar villa kecuali Boim yang nampak
masih tergeletak di depan tv.
Setelah mereka berlari keliling
villa mereka semakin menyadari kalau villa itu memang benar-benar jauh dari
kampung terdekat.
Divilla Boim nampak baru bangun
dari tidurnya “wuiihh.. pada kemana nih.. ko gw ditinggal sendirian gini..” tiba-tiba
saja tendengar seperti ada yang mengetuk pintu tok.. tokk.. tokk…”siapa
diluar?” tanya Boim sambil terperanjat kaget, tapi tidak ada yang menjawab.
Boim lantas bergegas membukakan pintu dan ternyata yang datang adalah Nyonya
Roselina “eh… Ibu.. kirain siapa pagi-pagi gini.. silakan masuk bu..” “pada
kemana yang lainnya?” tanya Nyonya Roslina dengan sikap dinginnya, “gak tau bu,
boim baru bangun eh.. mereka udah pada pergi..” “ohh.. paling mereka sedang
jalan-jalan menikmati suasana pagi disini” ujar nyonya Roslina
“bagaimana malamnya, tidak terjadi
hal yang anehkan?” tanya Nyonya Roslina “hal aneh apa bu?” Boim terheran.
“Biasanya kalau malam disekitar sini sering terdengar tangis anak gadis, tapi
tidak apa-apa tidak mengganggu ko..” ujarnya “Boim sih ga denger atau ngerasain
apa-apa bu, Cuma kalu Boim boleh nanya, semalemkan Boim nonton film yang ada
dilemari tv kofilmnya horror semua ya bu?” “owh.. itu bekas orang-orang yang
sering menyewa villa ini, mereka suka film horror, mereka suka akan
penyikasaan, mereka suka membunuh” “apa bu, membunuh’ sahut Boim tercengang
“bukan-bukan, maksudnya adegan pembunuhan dalam film” terangnya. “tapi bu ada
satu film yang gak ada covernya, filmnya serem banget tentang penyiksaan gitu,
semalem Boim nonton sama si Fajar” “kalau itu bukan film” jawab Nyonya Roslina
singkat. “lha terus itu apa dong bu?” tanya Boim semakin heran.
Tidak lama yang lainnya pun
datang, dan pembicaraan yang terjadi antar Boim dan Nyonya Rolina pun menguap
begitu saja, “ini ada makanan kecil untuk kalian sarapan” ujar Nyonya Roslina
sembari memberikan makanan itu pada Alea dan iya pun bergegas pergi. “makasih
ya bu..” teriak Adith “baik banget tuh si ibu sampe ngasih kita makanan segala”
celetuk Fajar.
sebetulnya aku ingin menuntaskan cerita ini disni tapi sepertinya terlalu panjang, kalau kalian mau tau kisah selangkapnya kalian bisa menghubungiku nanti kuberikan cerita misteri ini lengkap dengan format mini novel setebal 165 halaman, dijamin ceritanya tidak mengecewakan dan sepertinya cocok diangkat kelayar lebar hee...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar