Akustik Gitar

Gitar adalah salah satu sarana saya berekspresi, bernyanyi lagu kesukaan sesuka hati, menulis beberapa lagu sederhana penghibur hati. Ada beberapa yang enak didengarkan ada yang tidak jelas kemana arahnya.

Kali ini saya akan bercerita tentang gitar saya, "baru kali ini saya punya kesempatan"
Ini sebuah gitar akustik yang saya pesan sendiri pada pembuatnya didaerah yang saya lupa namanya disekitar perbatasan jawa tengah dan jawa barat. Nama tempatnya Tenor Guitar, pemilik dan pembuatnya saya juga lupa.
Saya pesan langsung tanggal 4 januari 2008 seharga Rp. 400.000,- minus digital tuner.
Modelnya terinspirasi dari salah satu gitar milik vokalis ternama yang sekarang sudah aga jarang tampil, Nugie. (Saya fansnya)
Bentuk dan warnanya menyerupai tapi dengan kualitas yang sedikit dibawahnya. Bisa anda googling untuk mencari gitar akustik Nugie.

Kenapa saya lebih memilih handmade dari pada beli model pabrikan yang kualitasnya pasti bagus dan banyak ditoko-toko?
Alasannya simple, saya punya selera, saya punya kesukaan, dan saya tidak dapat selera dan kesukaan itu ditoko-toko.
Sebelumnya saya sudah hunting kebeberapa toko  besar dan kecil untuk membeli gitar yang sesuai, ada beberapa yang cocok, sempat tertarik, dari vendor-vendor kenamaan, Washburn, Yamaha, Samick, dll. Pas saya tanya harga semuanya berada di range harga Rp.2.500.000-Rp. 4.000.000,- "luarbiasa.."
Mahal sekali harga untuk sebuah akustik gitar. Waktu itu jujur saja budget saya hanya Rp. 1.000.000,-
"gimana nih, barang bagus, harganya ga bersahabat"  gumam saya. Saya cari yang sesuai dengan budget saya tapi semuanya tidak ada yang cocok dan saya putuskan untuk berhenti mencari.

Waktu itu saya sedang pulang kampung libur tahun baru, saya main ketempat teman SMK saya dibilangan Sidareja Jawa Tengah, dia punya gitar juga, dia menceritakan kalau gitarnya itu handmade yang bisa dipesan langsung. Yang dimaksudkannya Tenor guitar yang saya tulis diatas.

Keesokan harinya saya langsung menuju tempat itu, 38 km dari rumah saya dikampung, cukup jauh memang..
Disana saya sebuah gubuk sederhana khas rumah kampung ( dulu saya sempat abadikan semuanya dalam bentuk foto, tapi karna memori cardnya rusak semuanya hilang) ada seorang bapak sekitar 40 tahun yang sudah saya bilang saya lupa namanya meski berulang kali saya coba mengingatnya. Dia adalah pengrajin gitar disana, pemilik Tenor gitar. Hasil karyanya sudah banyak dijual ketoko-toko sekitar Cilacap sampai Pangandaran, ceritanya dia sudah membuat gitar lebih dari 10 tahun yang lalu  ketika bercerita pada saya ditahun 2008.

Sebelumnya saya perhatikan dulu hasil karyanya yang sudah jadi, "bagus, rapih, bahannya cukup bekualitas, suaranya enak" dalam hati saya.
Akhirnya saya utarakan maksud saya datang untuk memesan gitar, modelnya clasic jumbo, bahkan gitar saya yang terbesar bentuknya disana.
Saya pilih sendiri bahannya, dari multiplek sampai bahan kayu untuk necknya. Saya gambarkan sedikit tekstur warna, dan bentuknya, dia tampak memahami maksud dan selera saya,
"oke, saya bisa buat yang mas maksud" ujarnya.
"harganya pak?" Tanya saya.
"Rp. 450.000,- ya.."  jawabnya.
Setelah tawar menawar akhirnya deal di harga Rp. 400.000,-
Dan gitar saya pun langsung dibuat  didepan saya.
Pertama dia buat bagian bodynya, memotong beberapa lembar multiplek, dicetak, dijepit, entahlah apalagi proses detailnya. 

Hari semakin sore saya harus pulang segera.

2 hari setelahnya saya kembali ketempat itu untuk melihat lagi proses pembuatannya. Tampak bodynya sudah terbentuk, ada asistennya yang sedang mengamplas agar permukaannya lebih halus,
"nah.. pas nih masnya datang"
"Kenapa pak?"
" saya mau buat necknya, ukurannya selera mas saja"
"Oke silahkan pak" saya sendiri yang menentukan ukuran neck dan bentuk head neck gitar saya. Ada yang menarik dari bagian neck gitar ini, Truss Rod yang harusnya dipasang, stocknya pas habis waktu itu, diganti dengan besi untuk cor rumah diameter 8mm. Luar bisa mungkin cuma gitar ini yang pakai besi seperti ini. Tidak ada pengaruh suara atau efek lainnya hanya beban sedikit lebih berat saja di bagian neck. Ini tetep harus dipasang agar kekuatan neck tetap terjaga dan tidak mudah bengkok.
Body oke sesuai keinginan saya, gitar jumbo, neck oke , semuanya oke. Tinggal dihaluskan dan disambungkan saja.

Tapi saya harus segera kembali kejakarta untuk bekerja waktu itu, setelah satu bulan saya kembali pulang karna saya ditelpon kalau pesanan gitar saya sudah jadi dan karna ada beberapa hari luang pekerjaan saya.

Saya datang lagi ketempat Tenor gitar, dan benar saja pesanan gitar saya sudah jadi. Gitar yang didominasi warna hitam ini saya coba.

JREEENNGGG..... kesan pertama cukup puas, saya perhatikan detail nampak ada beberapa kelemahan dibagian catnya, saya memaklumi karna sulit sekali membuat gitar yang  sangat kinclong dengan piranti sederhana yang ada disini. Bentuknya sesuai apa yang saya bayangkan. Suaranya saya suka tidak memekakan telinga. Dan dari semuanya saya beri nilai 90 untuk gitar pasanan saya. Gitar tanpa merek, asli handmade, murah untuk dijajarkan dengan sekelasnya yang berada ditoko-toko.

Bapak itu menawarkan saya agar gitarnya dipasang digitar tuner, biar seperti gitar listrik ujarnya.

"Hargannya Pak?" "300.000 saja" jawabnya. 

Pas sekali, memang saya berencana untuk pasang digitar tuner dijakarta, saya sudah cek kebeberapa toko range harganya memang berkisar diangka Rp.300.000,- "Bagus barangnya pak?" "Sudah pasti" sembari saya ditawarkan gitar yang sudah dipasang digital tuner. Sangat sensitif, bagus, review saya. "Okedeh pak pasangin.."

Perfect !! Hasilnya sangat memuaskan saya. Dan saya bawa kejakarta.

Sebulan yang lalu, dari saya tulis tulisan ini gitar ini patah dibagian necknya, tidak sampai patah habis hanya retak saja. gitar ini jatuh karna didirikan tanpa stand gitar. Sering sekali terjadi hal seperti itu hanya yang terakhir ini memang parah dan mengakibatkan necknya retak. Istri saya sempat menyarankan untuk beli gitar baru saja tapi tidak mau karna saya menyukai ini (mungkin dia lupa kalau waktu pacaran dulu dia dirayu pakai gitar ini) akhirnya saya putuskan untuk menservis gitar ini saja di bilangan kemayoran jakarta utara, sembari diperbaiki saya sedikit merubah warna necknya menjadi hitam dof yang tadinya full glossy, dan head neck yang dirubah model Ibanez, agar terlihat lebih baru tapi tidak untuk cet bodynya. Semuanya menghabiskan biaya Rp.150.000,- bonus senar pula. 

Sekarang setelah selesai diservis tampilannya menjadi seperti ini, tidak banyak berubah, hanya dibagian necknya saja.

Dan semenjak 8 februari 2008 gitar ini resmi saya miliki, dan sampai sekarang Gitar ini memang hanya sekedar alat musik, tapi buat saya dia adalah teman, bernyanyi, bercerita, entah sudah berapa wanita yang kurayu pakai gitar ini (bagian ini sensor) beberapa perasaanku bisa menjadi sesuatu karna gitar ini, lagu-lagu sederhana, bernyanyi lagu sheila on 7, dan semuanya..

Diantara kalian pasti punya barang kesayangan, jaga baik-baik, saya ya gitar ini..

Semoga gitar ini awet sampai saya tua, atau sampai anak saya yang memainkannya kelak..


dede sutisna

Diehard fansnya Sheila on 7 dan Sum41, Blogger yang jarang posting, Masih suka nonton Doraemon dan penggemar game Fifa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar